suaramerahputih.id // Tulungagung — Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) dan Satuan Reserse Narkoba (Satnarkoba) Polres Tulungagung berhasil membongkar jaringan peredaran minuman keras (miras) ilegal yang memanfaatkan platform media sosial sebagai sarana penjualan dengan sistem Cash on Delivery (COD).
Pengungkapan kasus ini disampaikan dalam konferensi pers yang digelar di Mapolres Tulungagung, Jumat (7/11/2025).
Kasat Reskrim Polres Tulungagung AKP Ryo Pradana, didampingi Kasat Resnarkoba AKP Dian Anang Nugroho serta para pejabat utama Polres, menjelaskan bahwa jaringan ini memanfaatkan berbagai media sosial seperti WhatsApp, Instagram, hingga TikTok. Para pelaku bahkan menggunakan fitur live streaming untuk menawarkan miras secara terselubung, serta menyamarkan nomor kontak dengan mengganti angka menjadi huruf agar sulit dilacak.
“Dalam pengungkapan ini, kami berhasil mengamankan tiga tersangka dan satu kasus dengan barang bukti sebanyak 2.641 botol miras berbagai jenis dan merek. Selain itu, turut disita 2 pak stiker, dua unit telepon genggam, serta satu unit sepeda motor Honda Beat putih yang digunakan untuk mengantarkan barang” ungkap AKP Ryo.
Tiga tersangka tersebut masing-masing adalah AM, warga Blitar yang berdomisili di Tulungagung dan berperan sebagai penjual lapangan; MG, yang membantu distribusi di wilayah Tulungagung; serta SR, warga Blitar yang berperan sebagai pemasok utama atau distributor besar.
Menurut AKP Ryo, para pelaku menjalankan bisnis ilegal ini melalui sistem pemesanan daring dan promosi dari mulut ke mulut. Mereka bahkan melibatkan sejumlah pengamen jalanan untuk membantu memasarkan miras ke konsumen.
“Dari pengakuan tersangka, kegiatan ini sudah berjalan selama 2 hingga 4 bulan, dengan keuntungan mencapai setengah dari harga modal” jelasnya.
Atas perbuatannya, ketiga tersangka dijerat dengan sejumlah pasal berlapis, di antaranya:
- Pasal 62 ayat (1) jo Pasal 8 ayat (1) huruf g dan i UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
- Pasal 106 jo Pasal 24 ayat (1) UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan,
- Pasal 64 ke-14 UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja,
- Perubahan Pasal 142 dan Pasal 91 ayat (1) UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan,
- jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
“Para pelaku terancam pidana penjara hingga 5 tahun, atau denda maksimal Rp.2 miliar” tegas AKP Ryo.
Ia menambahkan, Polres Tulungagung akan terus memperketat pengawasan dan penegakan hukum terhadap peredaran miras ilegal, terutama yang memanfaatkan ruang digital sebagai sarana transaksi.
“Kami berkomitmen memberantas segala bentuk peredaran miras ilegal karena dapat mengancam ketertiban umum dan keselamatan masyarakat” pungkasnya.
Pewarta : Munardi5758
