Suara Merah Putih News // TULUNGAGUNG – Kamis, 27 Februari 2025 – Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan 1446 H, Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung, menggelar acara Megengan dan doa bersama yang berlangsung di Aula Kantor Kecamatan Pagerwojo. Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan tradisi budaya Jawa sekaligus memperkuat nilai-nilai keagamaan dan kebersamaan menjelang ibadah puasa.
Peserta yang Hadir
Acara ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk:
- Camat Pagerwojo, Setiono, S.Sos., beserta seluruh pegawai kecamatan
- Anggota Polsek dan Koramil
- Kepala KUA Kecamatan Pagerwojo
- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Pagerwojo
- Beberapa Kepala Desa
- Para guru dari instansi pendidikan di Kecamatan Pagerwojo
- Ketua paguyuban pencak silat
- Tokoh agama dan masyarakat sekitar
Makna Tradisi Megengan
Dalam sambutannya, Camat Pagerwojo, Setiono, S.Sos., menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih atas kehadiran para tamu undangan. Ia juga menjelaskan bahwa Megengan merupakan tradisi yang sudah berlangsung turun-temurun di masyarakat Jawa sebagai bentuk penyambutan dan persiapan spiritual sebelum memasuki bulan suci Ramadan.
“Menjelang Ramadan, masyarakat Jawa memiliki tradisi Megengan, yang secara harfiah berarti ‘menahan’. Ini selaras dengan esensi Ramadan, yaitu menahan hawa nafsu, lapar, dan dahaga. Tradisi ini menjadi sarana introspeksi diri dan penguatan spiritual agar umat Islam siap menjalani ibadah puasa dengan hati yang bersih,” ujar Setiono.
Lebih lanjut, Camat Pagerwojo menjelaskan bahwa Megengan identik dengan kenduri atau selamatan, di mana masyarakat berkumpul untuk berdoa dan berbagi makanan, termasuk hidangan khas apem. Apem memiliki filosofi mendalam, yakni simbol permohonan ampunan atas segala kesalahan sebelum memasuki Ramadan. Selain itu, doa bersama dan tahlilan juga menjadi bagian penting dalam tradisi ini, sebagai wujud penghormatan kepada leluhur yang telah berpulang.
Menurut Setiono, tradisi Megengan telah ada sejak masa Kerajaan Demak pada abad ke-15, yang kala itu diperkenalkan oleh Wali Songo sebagai bagian dari penyebaran Islam di Nusantara. Tradisi ini tetap lestari hingga kini sebagai bentuk persiapan spiritual sekaligus ajang untuk mempererat tali silaturahmi di masyarakat.
Doa Bersama dan Kembul Bujono
Acara Megengan berjalan dengan lancar dan khidmat. Setelah pembacaan doa bersama, kegiatan dilanjutkan dengan kembul bujono atau makan bersama, di mana seluruh peserta menikmati hidangan khas Megengan dalam suasana kebersamaan dan kekeluargaan.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan tradisi Megengan dapat terus dilestarikan sebagai bagian dari budaya dan kearifan lokal. Selain itu, melalui acara ini, masyarakat juga diingatkan untuk menyambut Ramadan dengan hati yang bersih serta memperkuat persaudaraan dan kepedulian sosial. (DN97*)
Pewarta : Munardi5758