suaramerahputih.id // Yogyakarta – Dalam upaya memperkuat pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila di kalangan generasi muda, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bekerja sama dengan Protean Institute dan Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak, D.I. Yogyakarta, menggelar kegiatan Pembinaan Ideologi Pancasila bagi Santri, Selasa (15/10/2025).
Kegiatan ini bertujuan untuk meneguhkan kembali semangat kebangsaan serta memperdalam pemahaman ideologis para santri terhadap Pancasila sebagai dasar filosofis dan moral kehidupan berbangsa dan bernegara. Forum yang dikemas secara reflektif-dialogis ini menghadirkan kolaborasi antara dunia pesantren, akademisi, dan lembaga negara untuk menjembatani nilai-nilai Pancasila agar lebih kontekstual di lingkungan santri.
Acara tersebut dihadiri sejumlah tokoh penting, antara lain Dr. Ir. Prakoso, M.M. (Deputi Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP RI), Drs. KH. Khoirul Fuad, M.S.I. (Pengasuh Pondok Pesantren Ali Maksum), serta Prof. Dr. H. Agus Moh. Najib, S.Ag., M.Ag. (Direktur Sosialisasi dan Komunikasi BPIP RI).
Turut hadir pula Moh. Khoerul Anwar, Ph.D. (Ketua Protean Institute), Aris Risdiana, M.M. (Tim Pengembang Protean Institute), Dr. Siti Khodijah Nurul Aula, M.Ag. (Dosen UIN Sunan Kalijaga), dan sejumlah pejabat fungsional BPIP RI.
Sebanyak 450 peserta yang terdiri atas santri, mahasiswa santri, dan masyarakat sekitar turut ambil bagian dalam kegiatan tersebut. Mereka antusias mengikuti rangkaian pembinaan yang mengusung semangat penguatan karakter kebangsaan berbasis nilai-nilai Pancasila.

Santri Sebagai Benteng Moral dan Ideologi Bangsa
Dalam sesi pertama, Moh. Khoerul Anwar, selaku founder Protean Institute, memaparkan materi bertajuk “Aspek-Aspek Santri dan Kontribusi terhadap Ideologi Pancasila di Indonesia.”
Ia membuka sesi dengan tagline inspiratif, “Dari Pesantren untuk Indonesia: Santri Krapyak Pancasilais,” yang mencerminkan semangat nasionalisme dan peran penting pesantren dalam membentuk karakter bangsa.
Khoerul menegaskan bahwa pesantren merupakan benteng moral dan ideologi bangsa, tempat lahirnya generasi yang tidak hanya taat beragama, tetapi juga memiliki jiwa kebangsaan yang kokoh. Ia juga menyoroti tantangan era digital yang dapat menggeser nilai-nilai luhur jika tidak diimbangi dengan landasan ideologis yang kuat.
Melalui konsep “Santri Protean,” ia mengajak para santri menjadi pribadi yang adaptif, berwawasan luas, namun tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila.
“Dari Pesantren, Pancasila dihidupkan; dari Santri, Indonesia dikuatkan,” tutupnya penuh makna.

Menjaga Identitas Bangsa di Tengah Dinamika Global
Pemateri kedua, Andi Aprianto selaku Koordinator Bidang Sosialisasi dari Direktorat Sosialisasi dan Komunikasi BPIP RI, menyampaikan materi bertema “Mengawal Indonesia Menuju Peradaban Dunia.”
Ia menekankan pentingnya memperkuat nilai-nilai keagamaan dan Pancasila sebagai fondasi moral dalam menghadapi arus globalisasi dan kemajuan teknologi.
Menurutnya, kemajuan informasi dan transportasi telah membawa perubahan besar dalam pola pikir dan interaksi sosial masyarakat. Oleh karena itu, Indonesia memerlukan generasi muda yang adaptif namun berakar pada nilai-nilai kebangsaan.
“Pancasila dan nilai-nilai keagamaan harus menjadi kompas moral dalam mengarahkan kemajuan agar tidak kehilangan jati diri,” ujarnya.
Ia juga menegaskan posisi strategis Indonesia sebagai bangsa majemuk dengan kekayaan budaya dan agama, yang justru menjadi modal besar untuk membangun peradaban dunia yang berkeadilan, humanis, dan berkelanjutan.
Pesantren: Laboratorium Pancasila
Narasumber ketiga, Aris Risdiana, Tim Pengembangan Protean Institute, membawakan materi “Pancasila bagi Santri.”
Dalam pemaparannya, ia menegaskan bahwa santri memiliki peran strategis sebagai penjaga pilar ideologi bangsa. Ia memperkenalkan konsep “jihad konstitusi”—yakni perjuangan menegakkan nilai-nilai Pancasila melalui tindakan nyata yang berlandaskan akhlakul karimah dan semangat kebangsaan.
Aris menggambarkan pesantren sebagai laboratorium Pancasila, tempat di mana nilai-nilai toleransi, moderasi, dan cinta tanah air dihidupkan dalam praktik sehari-hari.
“Santri adalah kekuatan moral dan intelektual bangsa yang menjaga relevansi Pancasila di tengah arus globalisasi,” tegasnya.
Meneguhkan Generasi Santri Pancasilais
Melalui kegiatan ini, para santri didorong untuk tidak hanya memahami Pancasila sebagai dokumen formal kenegaraan, tetapi juga menginternalisasikannya sebagai etika sosial dan spirit kebangsaan yang hidup dalam keseharian.
Kegiatan ini diharapkan melahirkan generasi santri yang berintegritas religius, berwawasan kebangsaan inklusif, serta mampu menjadi agen peradaban dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kontributor: Irman Laia
Pewarta : M. Sinung Restendy


