Suara Merah Putih News // TULUNGAGUNG — Jika ada lomba “Pemuda paling sibuk se-kecamatan Pucanglaban,” sepertinya gelar itu akan jatuh ke tangan Miftakhul Huda. Siapa dia? Bukan artis, bukan ustazd kondang, tapi warga Dusun Kasrepan, Desa Demuk, yang lebih dikenal di dunia per-fasbukan dengan nama Miftah Pesona, dan di dunia nyata disapa penuh cinta sebagai Kawuk.

Pemuda ini bukan main-main, bajunya saja seperti baliho berjalan—penuh logo organisasi. Mau nyari organisasi apa? Tinggal lihat dadanya. Banser? Ada. Karang Taruna Desa? Masuk. Karang Taruna Kecamatan? Hadir. KNPI? Aktif. Arkas Peduli? Siap gerak. Pengawas Pemilu? Juga dia. Bahkan kalau ada lomba MC dadakan, dia pasti tampil, minimal dengan pantun pembuka yang bikin ngakak dulu baru serius.

Dan belum cukup sampai di situ. Di tengah segala kesibukan dan rapat yang bisa bikin kalender pingsan, Kawuk juga nyambi jadi tukang sembelih hewan kurban. Bukan satu-dua ekor, tapi kalau sapi dan kambing bisa protes, mungkin mereka akan bilang, “Jangan Kawuk lagi, pliiis!”

Saat Idul Adha 1446 H ini, dia kembali beraksi dengan pisau dan senyum semangatnya. Tangan cekatan, hati ikhlas, dan gaya khas pakai kopiah setinggi 50 cm yang membuat siapa pun menoleh dua kali: “Itu kopiah atau menara masjid portable?”

Lucunya, di balik semua kesibukan dan status ‘aktivis segala bidang’, Kawuk masih sempat-sempatnya pelihara kambing. Menurutnya, itu hobi yang menenangkan, sekaligus bentuk cinta terhadap dunia peternakan. Katanya, “Kalau lagi mumet, ngobrol sama kambing itu lebih jujur dari debat pemilu.”

Tak heran kalau teman-temannya gemar nongkrong bareng dia. Selain karena lucu, tingkahnya juga absurd menghibur. Kadang datang rapat paling akhir, tapi paling ribut pas pembagian konsumsi. Tapi mereka mengakui, Kawuk adalah sosok pekerja keras, ringan tangan, dan selalu hadir saat dibutuhkan—meskipun sudah dipastikan telat hadirnya.

“Kalau dia datang tepat waktu, itu pasti ada yang nggak beres,” celetuk seorang teman sambil ngakak.
Figur seperti Kawuk menjadi pengingat bahwa aktivisme tak selalu kaku dan serius. Bisa dibungkus dengan tawa, kerja nyata, dan kopiah setinggi cita-cita. Apakah dia bakal maju sebagai ketua Karang Taruna nasional? Belum tahu. Tapi kalau ada lomba joget bareng kambing—dia pasti juaranya. (DN97-Red)